Rabu, 11 Februari 2015

Cerita Lucu ( Tiga Orang Wanita Penenun )





Tiga Wanita PenenunDahulu kala ada seorang gadis yang sangat malas dan tidak pernah mau menenun kain, dan ibunya tidak pernah bisa membujuk gadis tersebut untuk melakukan apa yang harus dilakukan. Akhirnya ibunya menjadi sangat marah dan kehilangan kesabaran dan mulai memukul anak gadisnya dengan keras. Pada saat itu Ratu yang kebetulan lewat, berhenti di depan rumah gadis tersebut karena mendengar gadis itu menangis. Ratu kemudian masuk ke dalam rumah dan bertanya apa yang terjadi pada gadis itu dan mengapa ibunya memukuli anak gadisnya sampai-sampai semua orang yang berada di jalan dapat mendengarkan gadis tersebut menangis.
Ibu gadis tersebut menjadi sangat malu untuk mengakui kemalasan anak gadisnya, sehingga dia berkata,
"Saya tidak bisa menghentikan dia menenun, dia selalu ingin mengerjakannya setiap waktu dan saya terlalu miskin sehingga tidak bisa menyediakan dia rami - bahan untuk ditenun yang cukup."
Kemudian Ratu menjawab,
"Saya sangat senang mendengar suara roda alat pemintal, dan saya merasa senang mendengarkan mereka bersenandung, biarkanlah saya membawa putrimu ke istana, saya mempunyai banyak rami dan bahan tenung, di sana dia dapat memintal dengan hati gembira."
Ibu gadis tersebut sangat senang mendengarkan tawaran itu, dan Ratu pun kemudian membawa gadis tersebut bersamanya. Ketika mereka mencapai istana, Ratu memperlihatkan tiga ruangan yang penuh dengan rami dan bahan tenun yang terbaik yang ada di kerajaannya.
"Sekarang kamu dapat menenun rami ini," Katanya, "dan bila kamu berhasil menyelesaikannya, kamu akan saya nikahkan dengan putra tertua saya; kamu mungkin miskin tapi saya tidak akan memperdulikan hal itu, kain yang kamu buat dari rami ini cukup sebagai emas kawin,"
Gadis itu ketakutan dalam hati, karena dia sama sekali tidak dapat menenun, biarpun dia hidup seratus tahun dan duduk menenun setiap hari selama hidupnya dari pagi sampai malam. Dan ketika dia berada sendirian dia mulai menangis, dan duduk selama tiga hari tanpa menyentuh alat tenun. Pada hari ketiga, Ratu datang, dan ketika dia melihat tidak ada satupun tenunan yang selesai, dia lalu terkejut; tetapi gadis tersebut beralasan bahwa dia belum bisa mulai menenun karena dia masih bersedih akibat perpisahan dengan rumah dan ibunya. Alasan itu membuat Ratu menjadi tenang, tetapi ketika Ratu akan beranjak pergi, dia mengatakan "Besok pekerjaan kamu harus dimulai."
Ketika gadis itu sendirian lagi, dia tidak dapat berbuat apa apa untuk menolong dirinya sendiri atau melakukan apapun yang sudah seharusnya dilakukan. Dalam kebingungannya dia cuma keluar dan menatap keluar jendela. Saat itu dilihatnya tiga orang wanita lewat didepannya, dan wanita yang pertama memiliki kaki yang lebar dan rata, yang kedua mempunyai bibir yang tergantung turun sampai ke dagunya, dan yang ketiga memiliki ibu jari tangan yang sangat lebar. Mereka kemudian berhenti di depan jendela, dan mencoba bertanya apa saja yang gadis itu inginkan. Gadis itu menjelaskan apa yang dibutuhkannya, dan mereka berjanji akan membantunya, dan berkata,
Sang Gadis tidak perlu lagi menenun
"Kamu harus mengundang kami ke pesta pernikahanmu, dan tidak malu karena kehadiran kami, menyebut kami sebagai sanak keluarga dan sepupumu, dan diperbolehkan duduk satu meja dengan kamu; jika kamu berjanji akan memenuhi hal ini, kami akan menyelesaikan tenunan tersebut dalam waktu singkat."
"Saya berjanji sepenuh hati," jawab si gadis; "masuklah dan mulailah sekarang."
Lalu ketiga wanita itu masuk, dan mereka membersihkan sedikit ruangan pada kamar pertama untuk mereka agar mereka dapat duduk dan menempatkan alat tenun mereka.  Wanita yang pertama menarik keluar benang dan mulai menapakkan kakinya ke tuas yang memutar roda alat tenun, wanita yang kedua membasahi benang,  dan wanita yang ketiga memilin dan meratakannya dengan ibu jarinya diatas meja, perlahan-lahan gulungan-gulungan benang yang indah berjatuhan diatas lantai, dan ini menghasilkan tenunan yang sangat indah. Gadis itu menyembunyikan ketiga wanita penenun itu dari pandangan mata sang Ratu sehingga setiap kali Ratu berkunjung, sang Ratu hanya melihat dia sendirian bersama tumpukan tenunan yang sangat indah; dan tidak terhingga pujian-pujian yang diterimanya dari Ratu. Ketika kamar pertama sudah kosong, mereka mulai menenun di kamar kedua, lalu ke kamar ketiga sampai semua rami telah selesai di tenun. Lalu saat ketiga wanita penenun itu akan pergi, mereka berkata pada sang Gadis,
"Jangan lupa dengan apa yang kamu janjikan, dan semuanya akan menjadi lebih baik untuk kamu."
Ketika sang Gadis memperlihatkan pada Ratu ruangan yang telah kosong, dan sejumlah besar tenunan, Ratu langsung mengatur pernikahan gadis itu dengan putranya yang tertua, dan mempelai pria itupun sangat senang karena mendapatkan calon istri yang sangat pandai dan rajin.
"Saya mempunyai tiga orang sepupu," kata Gadis itu, "dan karena mereka sangat baik kepada saya, Saya tidak akan pernah lupa kepada mereka disaat saya mendapatkan keberuntungan; bisakah saya mengundang mereka datang ke pesta, dan meminta mereka duduk satu meja dengan kita?"
Ratu dan putra tertuanya yang akan menjadi calon suami berkata bersamaan,
"Kamu boleh mengundangnya datang, tidak ada alasan bagi kami untuk tidak mengundangnya kesini,"
Ketika perjamuan dimulai, ketiga wanita penenun tersebut datang tanpa menyembunyikan keburukan rupa mereka, dan sang Gadis berkata,
"Sepupuku yang baik, selamat datang."
"Oh," kata mempelai pria, "bagaimana kamu bisa mempunyai sanak keluarga yang sangat buruk rupa?"
Kemudian dia menemui wanita penenun yang pertama dan bertanya kepadanya,
"Bagaimana kamu bisa mempunyai kaki yang begitu lebar dan rata?"
"Saya selalu menapakkan kaki saya pada alat tenun," katanya.
Ketika dia menemui wanita yang kedua dan bertanya,
"Bagaimana kamu bisa mempunyai bibir yang bergantungan sampai ke dagumu?"
"Dengan menjilat benang." katanya,
Dan kemudian dia bertanya kepada wanita yang ketiga,
"Bagaimana kamu bisa mempunyai ibu jari yang sangat besar dan lebar?"
"Dengan memilin benang," katanya.
Kemudian mempelai pria berkata bahwa semenjak saat itu, sang gadis yang menjadi istrinya ini harus berhenti untuk menenun dan jangan pernah menyentuh alat tenun lagi.
Dan begitulah akhirnya sang gadis lepas dari pekerjaan menenun yang melelahkan.

Cerita Pendek (Singa dan Lebah Pengganggu )




Singa memandangi lebah yang terperangkap pada jaring laba-laba
"Pergilah dari sini, serangga pengganggu!" kata seekor Singa dengan marah pada seekor Lebah yang terbang berputar-putar di sekeliling kepalanya. Tetapi Lebah itu tidak memperdulikan kemarahan sang Singa.
"Apakah kamu pikir saya takut kepada kamu yang disebut sebagai Raja Hutan?" kata sang Lebah dengan mencemoh. Sang Lebah lalu terbang mendekat ke Singa lalu menyengatnya di hidung. Singa yang marah lalu mencakar dengan keras ke arah sang Lebah tetapi Lebah yang kecil tersebut tidak dapat dilukai oleh sang Singa. Sang Lebah lalu menyengatnya berulang-ulang sehingga sang Singa mengaum keras dengan marah. Akhirnya sang Singa yang sekarang penuh dengan luka-luka kecil bekas sengatan merasa capai, menghentikan perkelahian dan menyerah kalah.
Sang Lebah lalu terbang menjauh untuk memberitakan kemenangannya ke seluruh dunia, tetapi sialnya, dia terbang menuju ke sebuah jaringan laba-laba dan terperangkap disana. Akhirnya, sang Lebah yang telah berhasil mengalahkan singa si Raja Hutan, nasibnya berakhir menjadi mangsa dari laba-laba kecil.
Musuh yang kelihatan kecil kadang merupakan musuh yang paling ditakuti.
Rasa bangga terhadap sesuatu keberhasilan seharusnya tidak membuat kita menjadi lemah.

Kuda dan Keledai yang Sarat dengan Beban



Sang Keledai mati karena kelelahan
Pernah ada seorang pria yang memelihara seekor kuda dan seekor keledai untuk mengangkat beban. Sudah menjadi kebiasaan pria tersebut untuk memuati keledainya dengan beban yang berat sampai keledai tersebut terhuyung-huyung karena beban yang terlalu berat, sementara sang Kuda diizinkan untuk berjingkrak sepanjang jalan dengan beban yang ringan.
Saat mereka melakukan perjalan di suatu hari, sang Keledai yang telah menderita sakit selama beberapa hari terakhir, berkata kepada sang Kuda, "Maukah kamu mengangkut sebagian dari beban saya untuk beberapa kilometer saja? Aku merasa sangat tidak enak badan, tetapi jika kamu mau membawa sebagian bebanku hari ini, mungkin saya akan cepat sembuh kembali. Beban yang terlalu berat ini bisa membunuhku."
Sang Kuda hanya menendang-nendangkan kakinya dan berkata kepada sang Keledai agar tidak usah mengeluh dan mengganggunya dengan kata-kata keluhan. Sang Keledai menjadi terhuyung-huyung selama berjalan setengah kilometer lagi dan tiba-tiba jatuh ke tanah dan mati.
Saat itulah, si Pemilik datang dan hanya bisa berpasrah dengan apa yang telah terjadi. Ia lalu melepaskan beban dari keledai yang telah mati, lalu ditempatkan di atas punggung kuda. "Aduh," keluh sang Kuda saat dia merasakan beban berat di punggungnya, di tambah dengan berat tubuh sang Keledai yang telah mati, "Sekarang saya mendapatkan ganjaran karena sifat saya yang jelek. Dengan menolak menanggung sebagian beban sang Keledai, sekarang saya harus membawa seluruh beban tersebut, ditambah dengan berat tubuh teman saya yang malang ini."
Bantulah orang yang membutuhkan bantuan, maka kamu akan terbantu juga.
Sifat yang buruk akan mendapatkan ganjaran.