Selasa, 11 Maret 2014

GUNUNG MENANGIS TAKUT TERGOLONG BATU API NERAKA

Pada suatu hari Uqa'il bin Abi Thalib telah pergi bersama-sama dengan Nabi Muhammad s.a.w.. Pada waktu itu Uqa'il telah melihat berita ajaib yang menjadikan tetapi hatinya tetap bertambah kuat di dalam Islam dengan sebab tiga perkara tersebut. Peristiwa pertama adalah, bahawa Nabi Muhammad s.a.w. akan mendatangi hajat yakni mebuang air besar dan di hadapannya terdapat beberapa batang pohon. Maka Baginda s.a.w. berkata kepada Uqa'il, "Hai Uqa'il teruslah engkau berjalan sampai ke pohon itu, dan katalah kepadanya, bahawa sesungguhnya Rasulullah berkata; "Agar kamu semua datang kepadanya untuk menjadi aling-aling atau penutup baginya, kerana sesungguhnya Baginda akan mengambil air wuduk dan buang air besar." 
Uqa'il pun keluar dan pergi mendapatkan pohon-pohon itu dan sebelum dia menyelesaikan tugas itu ternyata pohon-pohon sudah tumbang dari akarnya serta sudah mengelilingi di sekitar Baginda s.a.w. selesai dari hajatnya. Maka Uqa'il kembali ke tempat pohon-pohon itu. 
Peristiwa kedua adalah, bahawa Uqa'il berasa haus dan setelah mencari air ke mana pun jua namun tidak ditemui. Maka Baginda s.a.w. berkata kepada Uqa'il bin Abi Thalib, "Hai Uqa'il, dakilah gunung itu, dan sampaikanlah salamku kepadanya serta katakan, "Jika padamu ada air, berilah aku minum!"
Uqa'il lalu pergilah mendaki gunung itu dan berkata kepadanya sebagaimana yang telah disabdakan Baginda s.a.w. itu. Maka sebelum ia selesai berkata, gunung itu berkata dengan fasihnya, "Katakanlah kepada Rasulullah, bahawa aku sejak Allah s.w.t.  menurunkan ayat yang bermaksud :("Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu beserta keluargamu dari (seksa) api neraka yang umpannya dari manusia dan batu)." "Aku menangis dari sebab takut kalau aku menjadi batu itu maka tidak ada lagi air padaku." 
Peristiwa yang ketiga ialah, bahawa ketika Uqa'il sedang berjalan dengan Nabi Muhammad s.a.w., tiba-tiba ada seekor unta yang meloncat dan lari ke hadapan Rasulullah s.a.w., maka unta itu lalu berkata, "Ya Rasulullah, aku minta perlindungan darimu." Unta masih belum selesai mengadukan halnya, tiba-tiba datanglah dari belakang seorang Arab kampung dengan membawa pedang terhunus. Melihat orang Arab kampung dengan membawa pedang terhunus, Nabi Muhammad s.a.w. berkata, "Hendak apakah kamu terhadap unta itu ?" 
Jawab orang kampungan itu, "Wahai Rasulullah, aku telah membelinya dengan harta yang mahal, tetapi dia tidak mahu taat atau tidak mau jinak, maka akan kupotong saja dan akan kumanfaatkan dagingnya (kuberikan kepada orang-orang yang memerlukan)." Nabi Muhammad s.a.w. bertanya, "Mengapa engkau menderhakai dia?" Jawab unta itu, "Wahai Rasulullah, sungguh aku tidak menderhakainya dari satu pekerjaan, akan tetapi aku menderhakainya dari sebab perbuatannya yang buruk. Kerana kabilah yang dia termasuk di dalam golongannya, sama tidur meninggalkan solat Isya'. Kalau sekiranya dia mahu berjanji kepada engkau akan mengerjakan solat Isay' itu, maka aku berjanji tidak akan menderhakainya lagi. Sebab aku takut kalau Allah s.w.t.  menurunkan seksa-Nya kepada mereka sedang aku berada di antara mereka." 
Akhirnya Nabi Muhammad s.a.w. mengambil perjanjian orang Arab kampung itu, bahawa dia tidak akan meninggalkan solat Isya'. Dan Baginda Nabi Muhammad s.a.w. menyerahan unta itu kepadanya. Dan dia pun kembali kepada keluarganya.


KISAH LUQMAN AL-HAKIM DAN KELEDAI

Abu Luqman hendak mengajari anaknya tentang kehidupan ini, maka suatu hari ia mengajak anaknya untuk pergi ke pasar. Untuk itu ia menyuruh anaknya menyiapkan seekor keledaibagi mereka. Kemudian mereka berangkat.

Abu Luqman menaiki keledainya dan menyuruh anaknya berjalan kaki mengikuti disampingnya. Selang beberapa waktu kemudian mereka berpapasan dengan rombongan musafir dan orang-orang itu berkata, “Dasar orangtua yang mau enaknya sendiri, anaknya disuruh berjalan kaki sedangkan ia naik di atas keledai”.

Mendengar itu kemudian Abu Luqmanpun turun dan menyuruh anaknya naik ke atas keledai. Anaknya naik keledai dan Abu Luqmanpun berjalan kaki mengikuti disampingnya. Tak lama kemudian mereka berpapasan dengan kafilah yang lain lagi dan mendengar orang-orang di kafilah itu bergumam, “Dasar anak tidak tahu diri, orangtuanya disuruh berjalan kaki sedang ia enak-enak saja di atas keledai.”

Mendengar itu, Abu Luqmanpun kemudian menghentikan keledainya dan kemudian ikut naik bersama anaknya di atas keledai. Dan mereka kemudian berpapasan dengan rombongan musafir yang lain lagi. Abu Luqman dan anaknya mendengar orang-orang dalam kafilah itu berkata, “Dasar ayah dan anak yang tidak punya rasa kasihan, keledai kurus kering begitu dinaiki berdua.”

Kemudian Abu Luqman turun dari keledai dan menyuruh anaknya juga turun. Mereka akhirnya berjalan kaki menuntun keledainya. Sesampainya di pasar, orang-orang mentertawakan mereka sambil berkata, “Lihat, lihat, dasar orang-orang bodoh, membawa seekor keledai yang kuat tetapi tidak dinaiki bahkan mereka berjalan kaki menuntunnya.”

Kemudian Abu Luqman berkata kepada anaknya:

”Sesungguhnya tidaklah terlepas seseorang itu dari perbincangan manusia. Maka orang yang berakal tidaklah dia mengambil pertimbangan melainkan kepada Allah SWT saja. Barangsiapa mengenal kebenaran, maka itulah yang menjadi pertimbangannya dalam tiap-tiap hal.”

"Wahai anakku, tuntutlah rezeki yang halal supaya kamu tidak menjadi fakir. Sesungguhnya tidaklah menjadi fakir melainkan tertimpa tiga perkara, yaitu tipisnya keyakinannya (iman) tentang agamanya, lemah akalnya (mudah tertipu dan diperdayai orang) dan hilang kemuliaan hatinya (ke-pribadi-annya), dan lebih celaka lagi dari tiga perkara itu ialah orang-orang yang suka merendah-rendahkan dan meringan-ringankannya."


IMAN SEEKOR SEMUT


Di zaman Nabi Sulaiman AS. terjadi satu peristiwa, apabila Nabi Sulaimanmelihat seekor semut berjalan di atas batu; lantas Nabi Allah Sulaiman merasa heran bagaimana semut ini hendak hidup di atas batu yang kering di tengah-tengah padang pasir yang tandus.
Nabi Allah Sulaiman pun bertanya kepada semut:" Wahai semut apakah engkau yakin ada makanan cukup untuk kamu?".
Semut pun menjawab:" Rezeki di tangan Allah, aku percaya rezeki di tangan Allah, aku yakin di atas batu kering di padang pasir yang tandus ini ada rezeki untuk ku."
Lantas Nabi Allah Sulaiman pun bertanya:" Wahai semut, berapa banyakkah engkau makan?Apakah yang engkau sering makan?".
Dan berapa banyak yang engkau makan dalam sebulan?".


Jawab semut:"Aku makan hanya sekadar sebiji gandum sebulan".
Nabi Allah Sulaiman pun mencadangkan;" Kalau kamu makan hanya sebiji gandum sebulan tak payah kamu berjalan di atas batu, aku bisa tolong".
Nabi Allah Sulaiman pun mengambil satu toples, dia angkat semut itu dan dimasukkan ke dalam toples; kemudian Nabi ambil gandum sebiji, dibubuh dalam toples dan ditutup toples itu. Kemudian Nabi meninggalkan semut di dalam toples dengan sebiji gandum selama satu bulan.

Setelah satu bulan, Nabi Allah Sulaiman melihat sebiji gandum itu hanya di makan setengahnya saja oleh semut, lantas Nabi Allah Sulaiman menegur semut:" Kamu rupanya berbohong padaku! Bulan lalu kamu makan sebiji gandum gandum dalam sebulan, ini sudah sebulan tapi kamu makan setengah". Jawab semut:" Aku tidak berbohong, aku tidak berbohong, kalau aku ada di atas batu aku pasti makan apapun sehingga banyaknya sama seperti sebiji gandum sebulan, karena makanan itu aku cari sendiri dan rezeki itu datangnya dari Allah dam Allah tidak pernah lupa padaku. Tetapi bila kamu masukkan aku ke dalam toples yang tertutup, rezeki aku bergantung pada kamu dan aku tak percaya kepada kamu, sebab itulah aku makan setengah saja supaya biji gandum ini tahan dua bulan. Aku takut kamu lupa!!!!.


Minggu, 09 Maret 2014

AWAN YANG DIPERINTAH MENYIRAM KEBUN SEORANG LAKI-;AKI

Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya dari Abu
Hurairah dari Nabi berkata, “Ketika seorang laki-laki
berada di tempat yang sunyi, dia mendengar suara awan,
‘Siramilah kebun fulan.’ Lalu awan itu menjauh dan
menumpahkan airnya di tanah dengan bebatuan hitam.
Ternyata ada saluran air yang telah dipenuhi oleh
seluruh air itu. Laki-laki itu menelusuri jalannya air.
Ternyata ada seorang laki-laki yang berdiri di kebunnya,
dia mengalirkan air dengan cangkulnya. Dia bertanya,
‘Wahai hamba Allah, siapa namamu?’ Dia menjawab,
‘Fulan.’ Nama yang didengarnya dari suara di awan.
Dia berkata, ‘Wahai hamba Allah mengapa kamu
bertanya tentang namaku?’ Dia menjawab, ‘Sesungguhnya
aku mendengar suara di awan di mana airnya adalah ini.
Suara itu berkata, ‘Siramilah kebun fulan.’ Yaitu,
namamu. Apa yang kamu lakukan padanya?’
Dia menjawab, ‘Karena kamu mengatakan itu, maka aku
melihat hasil kebunku. Sepertiganya aku sedekahkan,
sepertiga lagi aku makan bersama keluargaku, dan
sepertiga sisanya aku kembalikan kepadanya.’
Ahmad bin Abdata Ad-Dhabiy menyampaikannya kepada
kami, Abu Dawud memberitakan kepada kami, Abdul
Aziz bin Abu Salamah menyampaikan kepada kami,
Wahab bin Kaisan menyampaikan kepada kami dengan
sanad ini. Hanya saja dia berkata, “Aku memberikan
sepertiganya kepada orang-orang miskin, para pengemis,
dan Ibnu Sabil.”


Kamis, 06 Maret 2014

KISAH TUKANG CUKUR

Seorang konsumen datang ke tempat tukang cukur untuk memotong rambut dan merapikan brewoknya. Si tukang cukur mulai memotong rambut konsumennya dan mulailah terlibat pembicaraan yang mulai menghangat.
Mereka membicarakan banyak hal dan berbagai variasi topik pembicaraan, dan sesaat topik pembicaraan beralih tentang TUHAN.
Si tukang cukur bilang,”Saya tidak percaya kalau TUHAN itu ada”.
“Kenapa kamu berkata begitu ?” tanya si konsumen.
“Begini, coba kamu perhatikan di depan sana, di jalanan…. untuk menyadari bahwa TUHAN itu tidak ada”.
“Katakan kepadaku, jika TUHAN itu ada. Adakah yang sakit? Adakah anak-anak terlantar? Adakah yang hidupnya susah?” .
Jika TUHAN ada, tidak akan ada sakit ataupun kesusahan”.
“Saya tidak dapat membayangkan TUHAN Yang Maha Penyayang akan membiarkan ini semua terjadi”.
Si konsumen diam untuk berpikir sejenak, tapi tidak merespon apa yang dikatakan si tukang cukur tadi, karena dia tidak ingin terlibat adu pendapat.
Si tukang cukur menyelesaikan pekerjaannya dan si konsumen pergi meninggalkan tempat si tukang cukur.
Beberapa saat setelah dia meninggalkan ruangan itu dia melihat ada orang di jalan dengan rambut yang panjang, berombak kasar (Jawa : mlungker-mlungker – Red), kotor dan brewok, tidak pernah dicukur. Orang itu terlihat kotor dan tidak terawat.
Si konsumen balik ke tempat tukang cukur tadi dan berkata :
“Kamu tahu, sebenarnya di dunia ini TIDAK ADA TUKANG CUKUR..!”
Si tukang cukur tidak terima, dia bertanya : “Kamu kok bisa bilang begitu?”.
“Saya tukang cukur dan saya ada di sini. Dan barusan saya mencukurmu!”
“Tidak!” elak si konsumen.
“Tukang cukur itu TIDAK ADA! Sebab jika tukang cukur itu ada, tidak akan ada orang dengan rambut panjang yang kotor dan brewokan seperti orang yang di luar sana”, si konsumen menambahkan.
“Ah tidak, tapi tukang cukur itu tetap ada!”, sanggah si tukang cukur.
“Apa yang kamu lihat itu adalah SALAH MEREKA SENDIRI, mengapa mereka tidak datang kepada saya untuk mencukur dan merapikan rambutnya?”, jawab si tukang cukur membela diri.
“COCOK, SAYA SETUJU..!” kata si konsumen.
“Itulah point utamanya!.. Sama dengan TUHAN.
“Maksud kamu bagaimana?”, tanya si tukang cukur tidak mengerti.
Sebenarnya TUHAN ITU ADA ! Tapi apa yang terjadi sekarang ini.?
Mengapa orang-orang TIDAK MAU DATANG kepada-NYA, dan TIDAK MAU mencari-NYA..?
Oleh karena itu banyak yang sakit dan tertimpa kesusahan di dunia ini.”
Si tukang cukur terbengong!!!! Dalam hati dia berkata : “Benar juga apa kata dia..mengapa aku tidak mau datang kepada TUHANKU, untuk beribadah dan berdoa, memohon agar dihindarkan dari segala kesusahan dalam hidup ini..?”
Jika Anda berpikir bahwa TUHAN ITU ADA, sampaikan cerita ini kepada orang lain. Semoga kita selalu mendapat kebaikan dan kebahagiaan dalam hidup ini. Amien..


NIAT TAUBAT MENUKAR ARAK MENJADI MADU

Pada suatu hari, Omar Al-Khatab sedang bersiar-siar di lorong-lorong dalam kota Madinah. Di hujung simpang jalan beliau terserempak dengan pemuda yang membawa kendi. Pemuda itu menyembunyikan kendi itu di dalam kain sarung yang diselimutkan di belakangnya. Timbul syak di hati Omar AL-Khatab apabila terlihat keadaan itu, lantas bertanya, "Apa yang engkau bawa itu?" Kerana panik sebab takut dimarahi Omar yang terkenal dengan ketegasan, pemuda itu menjawab dengan terketar-ketar iaitu benda yang dibawanya ialah madu. Walhal benda itu ialah khamar. Dalam keadaannya yang bercakap bohong itu pemuda tadi sebenarnya ingin berhenti dari terus minum arak. Dia sesungguhnya telah menyesal dan insaf dan menyesal melakukan perbuatan yang ditegah oleh agama itu. Dalam penyesalan itu dia berdoa kepada Tuhan supaya Omar Al-Khatab tidak sampai memeriksa isi kendinya yang ditegah oleh agama itu. 
Pemuda itu masih menunggu sebarang kata-kata Khalifah, "Kendi ini berisikan madu." Kerana tidak percaya, Khalifah Omar ingin melihat sendiri isi kendi itu. Rupanya doa pemuda itu telah dimakbulkan oleh Allah s.w.t. seketika itu juga telah menukarkan isi kendi itu kepada madu. Begitu dia berniat untuk bertaubat, dan Tuhan memberikan hidayah, sehingga niatnya yang ikhlas, ia terhindar dari pergolakan Khalifah Omar Al-Khatab, yang mungkin membahayakan pada dirinya sendiri kalau kendi itu masih berisi khamar. 
Allah Taala berfirman:, "Seteguk khamar diminum maka tidak diterima Allah amal fardhu dan sunatnya selama tiga hari. Dan sesiapa yang minum khamar segelas, maka Allah Taala tidak menerima solatnya selama empat puluh hari. Dan orang yang tetap minum khamar, maka selayaknya Allah memberinya dari 'Nahrul Khabal'. 
Ketika ditanya, "Ya Rasulullah, apakah Nahrul Khabal itu ?" Jawab Rasulullah s.a.w., "Darah bercampur nanah orang ahli neraka ! "


MENAHAN LAPAR SEMALAMAN KERANA MENGHORMATI TAMU


Seorang telah datang menemui Rasulullah s.a.w.  dan telah menceritakan kepada Baginda s.a.w. tentang kelaparan yang dialami olehnya. Kebetulan pada ketika itu Baginda s.a.w. tidak mempunyai suatu apa makanan pun pada diri Baginda s.a.w. mahupun di rumahnya sendiri untuk diberikan kepada orang itu. Baginda s.a.w. kemudian bertanya kepada para sahabat,"Adakah sesiapa di antara kamu yang sanggup melayani orang ini sebagai tetamunya pada malam ini bagi pihak aku?" Seorang dari kaum Ansar telah menyahut, "Wahai Rasulullah s.a.w. , saya sanggiup melakukan seperti kehendak tuan itu."  

Orang Ansar itu pun telah membawa orang tadi ke rumahnya dan menerangkan pula kepada isterinya seraya berkata, "Lihatlah bahawa orang ini ialah tetamu Rasulullah s.a.w. Kita mesti melayaninya dengan sebaik-baik layanan mengikut segala kesanggupan yang ada pada diri kita dan semasa melakukan demikian janganlah kita tinggalkan sesuatu makanan pun yang ada di rumah kita." Lalu isterinya menjawab, "Demi Allah! Sebenarnya daku tidak ada menyimpan sebarang makanan pun, yang ada cuma sedikit, itu hanya mencukupi untuk makanan anak-anak kita di rumah ini ?" 
Orang Ansar itu pun berkata, "Kalau begitu engkau tidurkanlah mereka dahulu (anak-anaknya) tanpa memberi makanan kepada mereka. Apabila saya duduk berbual-bual dengan tetamu ini di samping jamuan makan yang sedikit ini, dan apabila kami mulai makan engkau padamlah lampu itu, sambil berpura-pura hendak membetulkannya kembali supaya tetamu itu tidakk akan ketahui bahawa saya tidak makan bersama-samanya." Rancangan itu telah berjalan dengan lancarnya dan seluruh keluarga tersebut termasuk kanak-kanak itu sendiri terpaksa menahan lapar semata-mata untuk membolehkan tetamu itu makan sehingga berasa kenyang. Berikutan dengan peristiwa itu, Allah s.w.t. telah berfirman yang bermaksud, "Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka berada dalam kesusahan." (Al-Hasy : 9)


KISAH SEORANG YANG DIKALAHKAN IBLIS


        Dikisahkan, bahwa suatu hari ada seorang pemuda yang keluar dari rumahnya dengan membawa kapak. Ia hendak menebang sebuah pohon yang disembah orang-orang. Ia melakukan hal tersebut semata-mata karena Allah agar tidak seorang pun menyekutukan-Nya. Ditengah perjalanan, ia dihadang oleh Iblis yang menjelma menjadi manusia. Iblis bertanya kepadanya, "Akan kemanakah engkau dan untuk apa kapak itu?" Orang tersebut menjawab, "Aku hendak menebang pohon yang disembah orang."
 

Iblis melarang orang itu untuk menebang pohon tersebut. Tentu saja, orang itu denagn tegas menolak permintaan iblis, sehingga terjadilah perkelahian antara orang dan iblis. Dalam perkelahian itu iblis dapat dikalahkan oleh orang tersebut. Namun, iblis tidak berputus asa. Ia membujuk orang itu dan berjanji untuk memberina empat dirham setiap hari dengan syarat ia tidak menebang pohon yang orang-orang itu. Dengan diiming-imingi sejumlah uang, orang itu akhirnya terbujuk juga. Ia membatalkan niatnya untuk menebang pohon itu.

Sesuai janji iblis, setiap hari orang itu mendapat empat dirham dibawah sajadahnya. Namun, hal itu hanya berjalan selama tiga hari saja. Pada hari keempat, setelah mengetahui iblis melanggar janjinya, orang itu pergi sambil membawa kapaknya hendak menebang pohon. Namun, sebelum ia sampai ke tempat yang dituju, ia bertemu lagi dengan iblis yang melarangnya melakukan penebangan. Maka terjadilah perkelahian diantara keduanya. Namun, kali ini iblis dapat mengalahkan orang itu dan menjatuhkannya .

Orang itu heran, lalu bertanya kepada iblis mengapa ia dapat mengalahkannya. Iblis berkata, "Dalam perkelahiannya pertama, niatmu sangat tulus untuk menebang pohon itu. yaitu semata-mata karena Allah. Dala keadaan seperti itu aku tidak dapat mengalahkanmu. Namun, kali ini engkau keluar dengan hati yang tidak tulus karena Allah. Kini, engkau keluar hendak pohon itu semata-mata kesal kepadaku karena rngkau tidak mendapatkan uang lagi dibawah sajadahmu. Dalam keadaan seperti itu aku sangat mudah untuk mengalahkanmu. Nah, sekarang pulanglah engkau kerumah atau akan kupenggallehermu."


Penjelasan :
Kisah ini boleh diceritakan karena sejalan dengan ajaran Islam. Pelajaran dari kisah ini adalah bahwa setiap muslim harus mendasari perbuatannya karena Allah. Hal ini akan mempertebal keimanannya sehingga tidak akan mudah digelincirkan iblis.


MASUK SURGA KARENA BURUNG PIPIT

Saat Sayyidina Umar bin Khottob berjalan di gang-gang kota Madinah dia melihat burung Pipit ditangan anak kecil dibuat mainan. Sayyidina Umar merasa kasihan pada burung Pipit itu. Tak tega burung Pipit itu dibuat mainan oleh anak kecil itu Sayyidina Umar membelinya dan melepaskannya.

Setelah sayyidina Umar meninggal dunia banyak orang melihatnya dalam mimpi. Mereka bertanya kepada sayyidina Umar tentang keberadaannya," Apa yang Allah perbuat kepadamu ?...".
  Sayyidina Umar menjawab," Allah telah mengampuni dosa-dosaku dan telah memaafkan kesalahanku".
  "Apakah Allah telah mengampuni dosa-dosamu dan telah memaafkan kesalahanmu sebab kedermawananmu atau keadilanmu ataukah sebab kezuhudanmu", mereka yang bermimpi bertemu sayyidina Umar bertanya ingin tahu.
 
"Waktu kalian meletakkan aku dalam kubur dan kalian menutupiku dengan debu serta meninggalkan aku sendirian, masuklah dua malaikat yang sangat menyeramkan. Akalku terbang dan tubuhku gemetar karena rasa takut yang teramat sangat. Mereka memegang tanganku dan mendudukkan aku. Saat kedua malaikat itu ingin bertanya kepadaku, aku mendengar suara gaib: tinggalkan hambaku dan kamu jangan menakut-nakutinya. Aku telah mengashinya dan Aku telah mengampuni dosa-dosanya. Karena dia telah menaruh kasihan pada burung Pipit di dunia makanya kasihi dia di Akhirat", jawab sayyidina Umar menceritakan sebab dia masuk surga.

Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar, Rosulullah bersabda,"Orang-orang penyayang akan disayang Allah. Sayangilah orang-orang yang ada di bumi maka para malaikat yang ada di langit akan menyayangimu"